Sabtu, 10 November 2007

Uang Makan dan Kenaikan Gaji


Menurut sebagian besar orang, cleaning service hanya pekerjaan rendahan, pekerjaan kasar, pekerjaan yang hanya menghasilkan sedikit uang dan pastinya pekerjaan ini tidak banyak dilirik orang.
Pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga ini memang rata-rata dilakoni oleh orang dengan tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi atau bahkan orang yang tidak berpendidikan. Namun, di balik semua keminimalitasan itu dan tanpa disadari keberadaan mereka sesungguhnya begitu penting. Pernahkah terbayang apa yang terjadi apabila tidak ada cleaning service? Bias dikatakan cleaning service adalah orang yang sangat berjasa bagi banyak orang, tanpa mereka tempat-tempat umum tidak akan sebersih saat ini.
Sutotok, pria asal Malang yang merantau ke Surabaya sejak tahun 1978 ini adalah salah satu cleaning service yang bekerja di UPN “Veteran” Jatim. Pria yang usianya hampir menginjak kepala empat ini bertugas membersihkan taman dan jalan-jalan yang ada di sekitar gedung Fakultas pertanian. Ketika ditemui untuk berbincang-bincang, dengan senang hati, Sutotok yang sudah bekerja sebagai cleaning service selama tiga tahun ini, menuturkan suka dukanya dalam menjalani pekerjaan tersebut.
Diceritakannya bahwa sekitar pukul empat pagi, dia sudah harus mengayuh sepeda tuanya menuju UPN dari Karang Menjangan, tempatnya tinggal bersama dengan seorang istri dan anak satu-satunya yang saat ini sudah menikah. Ia mulai bekerja pukul 06.00 – 17.00 WIB. Pria berperawakan kurus ini menuturkan bahwa tidak mudah menjadi seorang cleaning service, karena menurutnya cleaning service bukanlah pekerjaan yang ringan. “Banyak yang nyuruhnya pingin cepet, padahal kan saya juga lagi kerja,” tuturnya. Ketika ditanya tentang upah yang dia terima, dia menjawab bahwa dia hanya menerima upah sebesar Rp 400.000,- per bulan tanpa tambahan apapun. Sutotok sempat mengeluh, karena tidak adanya asuransi ataupun tunjangan uang makan dari UPN. Bisa dipikirkan, apa yang bias dilakukan seseorang dengan keluarganya dengan uang Rp 400.000,- sebulan? Belum lagi, apabila ada kebutuhan-kebutuhan tak terduga. Misalnya apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit, pastilah membutuhkan biaya lebih.
Namun, Sutotok tidak berputus asa. Siang hari jika pekerjaannya sudah selesai ia membantu pekerjaan Musaini yang berjualan di kantin Fakultas Pertanian. Dengan membantunya, ia bisa mendapatkan makan dan uang. Walaupun yang diberikan tidaklah banyak ia sudah sangat bersyukur karena ada orang yang mau membantunya.
Selain itu, sang istri, Srianah, mencoba membantu meringankan beban suaminya dngan berjualan nasi pecel di rumah mereka setiap pagi. Sutotok selalu bekerja keras. Sampai-sampai ia tidak pernah memikirkan suka duka bekerja di UPN “Veteran” Jatim, “Saya tidak pernah memikirkan suka duka bekerja di sini, cuma yang nggak enak ya gajinya sedikit,” tuturnya. Sikap tidak mudah putus asa, penuh semangat dan sabar yang mereka miliki memang patut untuk dicontoh.
Cleaning service memang bukan pekerjaan yang ringan, dating paling pagi dari orang lain dan harus pulang paling malam. Apalagi dengan upah yang begitu minim, tetapi pekerjaan yang begitu banyak. Namun, masih banyak saja orang yang memandang cleaning service hanya dengan sebelah mata atau bahkan tidak menghargai. Bayangkan jika mereka benar-benar tidak ada.
Ruang-ruang kelas yang setiap hari digunakan untuk kegiatan belajar mengajar pasti terasa tidak nyaman karena kotor. Ruang-ruang dosen yang selama ini nyaman, pasti tidak akan lagi terasa nyaman karena tidak ada yang membersihkan. Daun-daun kering yang jatuh berguguran pasti terlihat berserakan di latar-latar parkir, di taman-taman kampus dan pemandangan seperti itu mengurangi keindahan yang harusnya bias didapatkan apabila tempat-tempat itu terlihat rapi dan bersih.
Bisa dikatakan mereka adalah salahsatu penentu citra sebuah tempat mereka bekerja. Jika tempat itu bersih, maka akan banyak orang yang merasa nyaman. Jika UPN bisa selalu bersih karena mereka, maka akan banyak orang yang melirik UPN sebagai tempat melanjutkan studi selepas dari SMA. Dengan kenyataan seperti itu, maka rasanya tidak berlebihan jika orang-orang di sekitarnya mau peduli, memperhatikan dan sedikit saja menghargai pekerjaan mereka.
Namun, kampus yang kelihatan dari luar sangat megah dan mewah ini ternyata masih belum bisa mensejahterakan seluruh karyawannya. Seperti yang dikeluhkan Sutotok, ia tidak pernah mendapakan tunjangan apapun dari tempat kerjanya, kecuali tunjangan hari raya, “Saya kan orang luar jadi ya, saya tidak dapat tunjangan apapun dari sini,” tuturnya. Walaupun ia cuma sebagai seorang cleaning service, ia berharap bisa mendapatkan tunjangan dari pihak kampus, setidaknya uang makan atau sedikit kenaikkan gaji.

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger